EKONOMI INDONESIA DI MASA PANDEMI
Artikel ini disusun oleh kelompok 10 LKTD HIMA MANAJEMEN
Indonesia ialah salah satu negara yang perkembangan ekonominya terbesar di Asia Tenggara. Salah satu alasannya adalah, pada tahun 1990 indonesia telah berhasil menumbuhkan perekonomiannya setalah terjadi krisis finansial. Indonesia juga masuk ke dalam 10 besar tingkat perekonomian dalam kekuatan daya beli.
Namun dengan datangnya pandemik COVID-19 per 3 Mei 2020 di Indonesia,sekitar 1,7 juta individu telah terkena pemutusan hubungan kerja ( PHK ). Ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terkena dampak, menurunnya beberapa sektor industri serta ketanakerjaan memberikan pengaruh besar dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan ekonomi masyarakat. Akibatnya, sektor-sektor tersebut harus menerapkan startegi khusus untuk keberlangsungan perekonomian tiap sektor.
Akibat pandemik COVID-19 ini juga, PDB Indonesia di tahun 2020 menurun sekitar 2,5% dibandingkan dengan PBD 2019 yaitu 5,02%. Pemerintah telah mencoba menerapkan kebijakan untuk menjaga ketersediaan kebutuhan pokok, membantu dengan menyalurkan bantuan seperti sembako yang sudah diganti dengan uang cash sebesar Rp.300.000., pembebasan tarif listrik untuk beberapa pelanggan dalam rangka mengurangi tekanan inflasi. Kebijakan ini terhitung cukup berhasil.
Tetapi masih ada beberapa sektor yang mengalami kerugian akibat pandemi COVID-19 ini, seperti industri perhotelan,penerbangan, ketenagakejaan, dan perdagangan. Hal yang mungkin terjadi pada sektor-sektor ini adalah pemotongan gaji karyawan, yang berakibat dengan jatuhnya konsumsi seseorang.
Walaupun begitu, penurunan gaji karyawan bukan tindakan semata-mata untuk merugikan karyawan. Tetapi Langkah ini bertujuan untuk menjaga arus kas (cash flow) perusahaan tetap ideal dan keberlangsungan bisnis perusahaan
Pandemi covid -19 adalah ujian ketahanan suatu bangsa. Mengutip menteri luar negeri singapura, vivian balakrishnan. Pandemi Covid 19 adalah acid test ( uji kelalalaian cepat) bagi ketahanan kesehatan publik, modal sosial serta sistem tata kelola pemerintahan krisis multidimensi akibat pandemi Covid 19 ini datang begitu cepat dan menguak kerapuhan yang dimiliki suatu negara Pandemi COVID-19 yang telah menyebar pada akhirnya membawa risiko yang sangat buruk bagi perekonomian dunia termasuk Indonesia khususnya dari sisi pariwisata, perdagangan serta investasi. Pandemi COVID-19 juga menimbulkan dampak yang mengerikan terhadap investasi yang membuat masyarakat akan memilih untuk sangat hati-hati dalam membeli barang bahkan untuk melakukan investasi. Pandemi ini juga sangat mempengaruhi proyeksi pasar. Investor dapat cenderung untuk tidak berinvestasi dikarenakan berubahnya asumsi pasar dan tidak jelasnya supply chain (Pepinsky & Wihardja, 2011). Dampak pandemi COVID-19 menyebabkan rendahnya sentimen investor terhadap pasar yang pada akhirnya membawa pasar ke arah cenderung negatif. Akan tetapi, pasca tercapainya perjanjian fase 1 pada Januari 2020 perseteruan perang dagang antara Amerika serikat dengan China mulai terlihat menurun. Monthly Bulletin edisi Februari 2020 yang dipublikasi PT. Syailendra Capital melaporkan bahwa pada hari ini Indonesia masih dalam situasi ekonomi yang stabil. Langkah-langkah strategis terkait fiskal dan moneter juga diperkirakan masih memiliki ruang untuk memberikan rangsangan ekonomi jika dibutuhkan. Namun seiring berkembangnya kasus pandemi COVID-19, pasar memang lebih berfluktuasi ke arah yang negatif.
Pada tahun 2020 sejak munculnya pandemi covid-19 pertumbuhan ekonomi terpukul hingga level minus 5,32 persen pada kuartal ke-2 dan minus 3,49 persen pada kuartal upaya yang di lakukan pemerintah untuk menghadirkan vaksin, juga membentuk pen ( pemuliahan ekonomi nasional ) yang diatur melalui peraturan pemerintah tahun 2020. Disamping itu banyak dampak yang di timbulkan seperti penurunan konsumsi rumah tangga,investasi yang ikut melemah, hingga terhenti dilakukan perubahan APBN sebanyak 2 kali dan upaya pemuliahan ekonomi nasional tak hanya itu saja tekanan juga berimplikasi pada penerimaan pajak.
Pandemi covid-19 juga menyebabkan peningkatan angka pengangguran dan memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat. Banyak masyarakat yang mengeluh dan terhenti aktivitasnya karena covid. Presiden Jokowidodo meminta seluruh pihak untuk melakukan sosial distencing termasuk work from home ( WFH ) dan beberapa kepala daerah memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar dengan adanya WFH pencarian nafkah bagi masyarakat tersesat yang berdampak kepada kebutuhan mereka
Dan pada saat idul Fitri yang akan mendatang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya dikarenakan adanya PSBB,dan dimasa pandemi ini jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative ataupun berkurang, tidak hanya angkutan rel dan udara saja melainkan tempat wisata dan tempat hiburan para wisatawan semakin berkurang karena adanya pengunjung yang telah di bataskan
Pandemi Belum Berakhir, Bagaimana Perekonomian Indonesia pada 2021
Pandemi virus corona yang berlangsung sepanjang tahun 2020 ini tak hanya berdampak pada sektor kesehatan.Dampak pandemi juga terjadi pada sektor ekonomi dunia dan banyak negara, termasuk Indonesia.
Indonesia resmi mengalami resesi setelah pertumbuhan minus pada dua kuartal secara berturut-turut.Pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,49 persen pada kuartal III-2020.Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Agustus 2020, jumlah pengangguran di Indonesia menunjukkan peningkatan sebanyak 2,67 juta orang.Jumlah angkatan kerja di Indonesia yang menganggur menjadi sebesar 9,77 juta orang.
Bagaimana prediksi perekonomian Indonesia pada 2021?Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Didik J. Rachbini mengatakan, seluruh kegiatan ekonomi pada tingkat global dan nasional mengalami kontraksi tak terhindarkan sepanjang 2020.Penyebabnya adalah imbas dari pandemi Covid-19.Didik mengatakan, pada tahun 2021, ia ragu perekonomian Indonesia akan tumbuh 4-5 persen seperti perkiraan pemerintah.
Penyuluhan usaha berbasis teknologi untuk pemulihan ekonomi masyarakat Indonesia
Pandemi COVID-19 yang telah terjadi di Indonesia merupakan bencana yang tidak pernah diduga sebelumnya. Pada kondisi perekonomian yang sulit di tengah krisis ekonomi dunia, bangsa Indonesia juga harus menghadapi fenomena terjadinya pandemi COVID-19 yang semakin memberatkan pertumbuhan ekonomi. DKI Jakarta sebagai ibukota negara telah menjadi episentrum bagi penyebaran virus Corona yang belum ada penangkalnya. Kondisi perekonomian masyarakat di tingkat keluarga dalam situasi pandemi COVID-19 memerlukan inovasi untuk meningkatkan kembali daya saing dan daya jual ekonomi kemasyarakatan. Pengabdian masyarakat ini telah menghadirkan suatu kegiatan penyuluhan yang diperuntukkan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Cimanggis, Depok Jawa Barat. Penyuluhan ini telah difasilitasi oleh Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Kota Administrasi Provinsi Jawa Barat. Kegiatan yang telah dilakukan berupa seminar dan workshop tentang kegiatan wirausaha berbasis teknologi yang adaptif terhadap situasi pandemi COVID-19. Masyarakat sasaran telah diberikan pengetahuan tentang proses bisnis elektronik di era Industri 4.0 yang sarat dengan nuansa teknologi informasi dan komunikasi. Dengan berbekal pengetahuan itu, kegiatan ini telah membangkitkan semangat dan motivasi mereka untuk menjalankan usaha berskala mikro dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, sebanyak 89% peserta menyatakan telah memahami luaran kegiatan dan berpendapat bahwa kegiatan ini telah sesuai dengan harapan. Mereka pun yakin akan mampu memulihkan kondisi khususnya di lingkungan ekonomi keluarga pada masa pandemi COVID-19. Dengan diadakannya kegiatan ini pemerintah sangat mendukung dan diharapkan semoga perekonomian di wilayah Depok Jawa Barat bisa segera memulihkan perekonomian seperti semula
Rintangan Pemulihan
Walaupun tindakan pemulihan ekonomi menjadi hal yang harus segera dicanangkan, tidak dapat dipungkiri apabila dalam upaya pemulihan tersebut menemui rintangan. Perlu digaris bawahi terkait rintangan ini. Dirinya berujar bahwa upaya pemulihan ini bukan perkara yang mudah. “Penopang pertumbuhan ekonomi cenderung rendah, dilihat dari rendahnya konsumsi rumah tangga. Dimana konsumsi rumah tangga yang menjadi tumpuan 60 persen bagian dari PDB”. Selain daya beli, minat belanja masyarakat juga menurun. “Sekarang orang kalo punya uang cenderung akan dia tabung,”
jika lapangan kerja tak segera dibuka, maka akan muncul masalah baru. “Pengangguran baru 6,4 juta karyawan, lama kelamaan juga akan menjadi bebas ekonomi tersendiri yang akan ditanggung negara,” tandasnya. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kemampuan (Skill) dari para pekerja. “Karena lama tidak bekerja, skill mereka akan ketinggalan. Perlu re-skilling dan up-skilling, yang tentu saja kembali lagi ongkosnya juga besar,”.
Bantuan yang diberikan pemerintah untuk menstimulasi UMKM tidak berjalan lancar distubisinya. Dari pemaparan Sarwani, baru sejumlah kecil bantuan yang sudah tersalurkan. “Dari stimulus yang disediakan sebesar 123 Triliun, baru terserap 0,06 persen. Jadi satu persen pun belum ada per-Mei 2020. Jadi bagaimana ekonomi mau pulih jika hal-hal seperti ini malah menjadi perintang,”
0 Response to "EKONOMI INDONESIA DI MASA PANDEMI"
Post a Comment